Echinacea merupakan tumbuhan asli dari Amerika Utara. Echinacea merupakan salah satu herbal yang paling populer hingga saat ini. Hasil penggalian arkeologi menunjukkan bahwa penduduk asli Amerika mungkin telah menggunakan tumbuhan ini selama lebih dari 400 tahun untuk mengobati infeksi dan luka serta sebagai obat dari segala penyakit. Banyak yang memiliki gagasan bahwa tumbuhan ini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Selain digunakan sebagai suplemen makanan, olahan echinacea juga telah digunakan secara topikal untuk mengatasi luka dan masalah kulit. Akar dan bagian atas tanah dari tumbuhan ini digunakan untuk membuat teh, perasan, ekstrak, kapsul, tablet dan obat topikal. Beberapa spesies echinacea yang paling umum digunakan adalah Echinacea purpurea, Echinacea angustifolia, dan Echinacea pallida.
Tanaman Echinacea banyak dikembangkan di berbagai negara karena sudah terkenal manfaatnya. Tumbuhan ini digambarkan dengan batang lurus setinggi 2 meter, daun selang (alternate leaves) pada tangkainya yang panjang, berambut kasar dan berduri, serta bunganya berwarna orange kemerahan dikelilingi oleh kelopak warna ungu. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak diimpor sebagai bahan baku di industri obat tradisional (Afinasari, 2019).
Kandungan Zat Aktif Echinacea
Tumbuhan Echinacea mengandung campuran zat aktif yang kompleks seperti polisakarida, flavonoid, asam kafeat, minyak atsiri, poliasetilen, alkilamida dan miselaneus. Akar dari echinacea purpurea mengandung arabinogalaktan, glikoprotein, dan flavonoid yang berfungsi untuk meningkatkan respon imun. Polisakarida yang larut air berfungsi sebagai stimulan terhadap ketahanan tubuh, sedangkan komponen lemak berfungsi untuk meningkatkan fagositosis sel (Burick et al., 1997). Selain kandungan yang memiliki aktivitas sebagai antimikroba dan antivirus, tumbuhan ini juga mengandung fenol yang memiliki peran mengendalikan aktivitas berbagai enzim, reseptor sel dan antioksidan (Brazier, 2020).
Penggunaan Echinacea sebagai Immunomodulator
Immunomodulator merupakan suatu zat atau obat yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun yang terganggu. Echinacea dianggap mendukung sistem kekebalan tubuh dengan cara mengaktifkan sel darah putih. Kandungan alkilamida/poliasetil, turunan asam kafeat dan polisakarida bersinergi meningkatkan produksi dan aktivasi dari sel darah putih seperti limfosit dan makrofag. Aktivasi makrofag dapat meningkatkan produksi interferon yang berperan penting sebagai respon terhadap infeksi virus (Kaiser Permanente, 2020).
Pada masa pandemic saat ini, Echinacea dapat digunakan untuk membantu menambah daya tahan tubuh agar tidak mudah terinfeksi Covid-19, namun penggunaan obat ini kontraindikasi pada pasien dengan atau memiliki riwayat penyakit autoimun. Hal ini dikarenakan Echinacea memberikan pengaruh pada stimulasi atau modulasi (pengaturan) sistem imunitas tubuh. Pada kondisi pasien covid-19 yang sedang atau sudah mengalami kondisi badai sitokin storm, maka penggunaan Echinacea ini perlu dipertimbangkan; karena Echinacea bekerja dengan mengatur sitokin di dalam tubuh (Coronavirus Research, 2020).
Efek Samping Penggunaan Echinacea
National Institute of Health (NIH) menjelaskan bahwa mengkonsumsi Echinacea dalam jangka pendek secara oral relatif aman, namun penggunaan jangka panjang masih belum jelas efek yang terjadi. Beberapa orang mengalami rash setelah mengkonsumsi Echinacea (terdapat reaksi alergi). NIH juga menjelaskan bahwa Echinacea resiko berinteraksi dengan obat lain rendah (Brazier, 2020). Beberapa pasien setelah mengkonsumsi obat herbal ini mengalami gangguan gastrointestinal seperti nyeri perut dan mual namun resiko terjadinya efek samping ini rendah (National Center for Complementary and Integrative Health, 2016).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sejauh ini Echinacea dapat dikonsumsi sebagai salah satu usaha diri kita menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit seperti covid-19 dan penyakit infeksi lainnya terutama infeksi pernafasan. Namun, tetap harus diperhatikan cara penggunaannya yang harus sesuai instruksi dan tidak berlebihan dalam mengkonsumsinya. Tetap sehat, dan jaga daya tahan tubuh!
Referensi:
- Afinasari, A. 2019. “Potensi Tanaman Echinacea Sebagai Imunomodulator”. Farmasetika.com diakses di https://farmasetika.com/2019/12/03/potensi-tanaman-echinacea-sebagai-imunomodulator/ pada 11 Mei 2020.
- Brazier, Y. 2020. “Benefits, Uses, and Side Effect of Echinacea”. Medical News Today. Diakses di https://www.medicalnewstoday.com/articles/252684 pada 11 Mei 2020.
- Coronavirus Research. 2020. “BREAKING! Coronavirus Research: Could Echinacea Act As A Prophylaxis Against The SARS-Cov-2 Coronavirus? More Research Warranted”. Diakses di https://www.thailandmedical.news/news/breaking-coronavirus-research-could-echinacea-act-as-a-prophylaxis-against-the-sars-cov-2-coronavirus-more-research-warranted pada 11 Mei 2020.
- Burick, et al. 1997. “Echinacea Induced Cytokine Production by Human Macrophage”. Int J Immunopharma. 19: 371-379.
- Kaiser Permanente. 2015. “Echinacea”. Diakses di https://wa.kaiserpermanente.org/kbase/topic.jhtml?docId=hn-2081004#hn-2081004-how-it-works pada 11 Mei 2020
- National Center for Complementary and Integrative Health. 2016. “Echinacea”. Diakses di https://www.nccih.nih.gov/health/echinacea pada 11 Mei 2020.
Komentar
Posting Komentar